JAKARTA – Indonesia banyak memiliki tokoh dan pemikir di berbagai bidang, sehingga membuat bangsa ini menjadi bangsa besar dan disegani banyak pihak. Salah satunya adalah tokoh pendidikan, dengan segala pandangan dan pemikirannya yang diwariskan hingga saat ini.
Berikut adalah empat tokoh pendidikan Indonesia beserta pemikirannya.
1. Ki Hadjar Dewantara
Siapa yang tidak mengenal Ki Hadjar Dewantara, salah satu tokoh besar Indonesia berjuluk ‘Bapak Pendidikan Indonesia’, yang lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889.



Di sisi lain, seorang pendidik hanya sanggup berperan menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat pada anak-anak.
Baca Juga: Ki Hadjar Dewantara, Tokoh dan Pahlawan Pendidikan Indonesia
Ki Hadjar juga menekankan bahwa pendidik harus mengikuti perkembangan zaman dan patut menyelaraskannya dengan kehidupan anak didik. Sebab, tak semua hal baru adalah baik.
2. K.H Ahmad Dahlan
Selanjutnya, ada tokoh agama Islam dan pejuang kemerdekaan, K.H Ahmad Dahlan. Pria kelahiran 1 Agustus 1868 ini lebih menitikberatkan pemikirannya kepada pendidikan Islam.



Masih dalam laman resmi Kemendkibud, Dahlan mengutarakan, pendidikan Islam sebaiknya diarahkan dan menjadi dasar usaha guna membentuk kepribadian individu muslim.
Tidak hanya baik, namun juga berbudi pekerti luhur dengan wawasan luas dan memahami isu atau permasalahan dunia secara keseluruhan.
Satu hal penting yang Dahlan garis bawahi, individu tersebut sanggup berjuang demi kemajuan masyarakat.
Pemikiran Ahmad Dahlan tersebut dianggap sebagai pembaharuan dari tujuan sekolah yang menjamur kala itu, yakni sekolah agama (pesantren) dan sekolah berbasis pendidikan Eropa atau Belanda.
Sejatinya, kedua jenis sekolah itu memiliki pandangan yang saling bertentangan.
3. Dewi Sartika
Dari Bumi Pasundan, Dewi Sartika hadir sebagai tokoh perempuan sekaligus pendidikan bangsa.



Dalam Jurnal Ilmiah Peradaban Islam bertajuk ‘Pemikiran Dewi Sartika pada Tahun 1904-1947 dalam Perspektif Islam’, dijelaskan bahwa pemilik nama lengkap Raden Dewi Sartika itu adalah perintis pendidikan perempuan di wilayah tanah Sunda.
Meskipun menemui banyak kendala dan keterbatasan, namun Dewi Sartika tetap mencoba mengembangkan diri dan pemikirannya agar bisa mendirikan sebuah sekolah.
Dewi Sartika dengan lantang menyuarakan pentingnya pendidikan bagi perempuan pribumi, terutama generasi muda. Menurutnya, pendidikan adalah sebuah hal yang penting demi mendapatkan sebuah kekuatan.
Bagi perempuan sendiri, mendapat pendidikan merupakan salah satu cerminan tercapainya kesamaan hak dengan pria.
4. R.A Kartini
Bicara tentang pendidikan, maka nama R.A Kartini sudah pasti tak akan tertinggal.
Sebelum Dewi Sartika menyuarakan emansipasi perempuan, R.A Kartini telah lebih dahulu memulai perjuangannya di bidang tersebut.



Mengutip Jurnal Humanitas dengan judul ‘Pemikiran Pendidikan dan Perjuangan Raden Ayu Kartini untuk Perempuan Indonesia’, Kartini memiliki pemikiran jika perempuan harus sederajat dengan pria di segala aspek, tak terkecuali bidang pendidikan.
Dalam berbagai surat yang ia kirimkan kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, Kartini mengungkapkan bahwa perempuan mempunyai andil besar dalam memajukan peradaban bangsa.
Maka dari itu, pendidikan yang diberikan kepada kaum perempuan akan sangat berguna dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa maju dan lebih beradab.
“Perempuan sebagai pendukung peradaban!” kata Kartini dengan tegas saat menulis surat untuk Nyonya Abendanon pada 21 Januari 1901.
Pemikiran-pemikiran luar biasa Kartini terus menjadi api penyemangat bagi seluruh perempuan di Indonesia sampai sekarang. (*/zon)

